PIANIS
muda berbakat asal Medan, James Napoleon Lai, mengharumkan kota Medan setelah
memenangkan kompetisi
piano internasional “Indonesia Steinway Youth Piano Competition” (ISYPC) 2020. Dalam final kategori Talentum C
yang digelar secara
virtual pada Minggu, 9 Mei 2021, James keluar sebagai Juara 1 kategori Talentum C dengan meraih nilai tertinggi dari 15
finalis lainnya, di bawah penilaian tiga juri, Iswargia R.Sudarno, Mario Santoso, dan Alfred Sugiri. Sementara
pianis Jakarta, Francesco
Manuel Bertrand Sinaga meraih Juara 2, dan Rizal Liannto Pranoto dari Semarang harus puas di tempat ketiga. James sekaligus menjadi pianis
pertama dari Medan
yang menjadi Juara 1 kategori Talentum C sepanjang lima kali penyelenggaraan ISYPC sejak 2012, dan menunjukkan bahwa
anak-anak di luar Jawa juga memiliki potensi yang besar di bidang musik piano. Sebelumnya Surabaya dan Jakarta
mendominasi Juara
1 di kategori paling sengit ini, antara lain Jennifer Chrysantha (Surabaya
2012), Teofilia Onggowinoto (Jakarta 2014), Caitlin Aurelia Wiranata (Jakarta 2016), dan Pieter
Gunawan (Surabaya 2018).
Selain mewakili Indonesia ke ajang lebih tinggi di Asia Pasifik Reginal Final, James, juga menerima Trophy dan uang tunai. Ketua Panitia ISYPC 2020 Dicky Salim mengatakan, meskipun final tingkat regional Asia Pasifik akan diselenggarakan secara online, hal ini jangan membuat kecil hati karena kompetisi ini tetap sama, sebuah kompetisi yang bergengsi dan pemenangnya mewakili Indonesia. “Jadi tetap persiapkan diri dengan baik dan berikanlah yang terbaik,” kata Dicky Salim.
Mario
Santoso, salah satu juri mengatakan, penampilan para finalis sangat bagus sekali. “Speechless! Saya ingat dulu
waktu seumuran mereka,
level saya, baik teknik maupun musikalitas, jauh dibandingkan dengan mereka. Ini berarti pendidikan musik di Indonesia meningkat
pesat dari tahun
ke tahun. Saya bangga melihat penampilan peserta yang semakin maju teknik maupun
musikalitas. Selamat kepada orangtua dan guru yang luar biasa mendukung para peserta yang
juga sudah bekerja "endless hours" untuk manampilkan permainan mereka yang profesional di usia
yang relatif muda,” kata Mario. Sebuah karya seni termasuk musik, menurut dia, memang tidak bisa dinilai
secara kompetisi, karena musik itu adalah perayaan yang menghargai interpretasi kebebasan,
spontaintas, dan perspektif dari seorang individual terhadap karya itu. Apalagi musik, dimana not-not hitam itu
sudah ditulis ratusan tahun yang lalu, dan not-not itu yang sebetulnya meaningless sampai ada seorang
performer yang "menghidupkan"
not-not tersebut. “Nah, juara 1 tahun ini secara sukses dan profesional berhasil
mempresentasikan 3 hal yang sangat meyakinkan. Pertama, dia tidak mengedepankan ego artisnya dan betul-betul
memperhatikan the
original intention of the composer. Kedua, interpretasi dan pengertian dia akan style
dari komposer dan
lagu itu juga kuat sekali, dan ketiga, personality individualnya juga tertampilkan
dengan baik tanpa merubah original intention of the composer and the music,” kata Mario.
Dua
juri lainnya, Iswargia R.Sudarno dan Alfred Sugiri sependapat dengan yang disampaikan Mario. “Sepanjang saya beberapa
kali menjadi juri kompetisi ini, selalu ada yang potensial di tiap penyelenggaraan. Bagus. Ini menunjukkan adanya progress yang baik di tiap
generasi,” katanya. Sementara Alfred Sugiri menambahkan, semua finalis memiliki kualitas sebagai
juara. “Secara umum teknik permainan peserta mengagumkan,” katanya. Babak final Talentum C ISYPIC
2020 diikuti 31
finalis, dan 15 finalis maju ke babak grand final. Juri juga memberikan penghargaan
Award for Stylistic Performance of Baroque Music kepada Charlene Lee ( Medan ), Award for
Elegance of Classical Style kepada Michelle ( Surabaya ), Award for Poetry of Musical Romanticism kepada Ryu
Lawden ( Medan ),
dan Award for Musical Plurality of 20th Century Music kepada Michael Abimanyu
Kaeng ( DKI Jakarta
). (*)